Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Salam sejahtera atas junjungan kita, Rasulullah Muhammad SAW.
Salam hangat kepada semua saudara seiman dalam aqidah Islam.
Kita mengetahui bahwa sekarang keadaan kaum muslimin dalam keadaan terpuruk.
Di dalam tubuh kaum muslimin ada beberapa penyakit yang menyebabkan kemunduran sehingga menyebabkannya terpuruk.
Semenjak beberapa abad ini, penyakit tersebut parah sehingga pada akhirnya, institusi tempat bernaung dan berlindung bagi kaum muslimin pun tumbang.
Ini menyedihkan, namun tidak perlu untuk ditangisi.
Ini terjadi atas seijin Allah SWT.
Yang terpenting sekarang adalah bagaimana upaya kaum muslimin bangkit kembali dari keterpurukan.
Sekarang adalah waktu berjuang untuk meraih kebangkitan Islam dan kaum muslimin.
Berbagai gerakan telah dibentuk untuk tujuan meraih kebangkitan Islam dan kaum muslimin.
Namun ada beberapa kegagalan upaya mereka meraih tujuannya.
Mengapa mereka mendapatkan kegagalan?
Berikut ada empat penyebab kegagalan tersebut.
1. gerakan-gerakan tersebut berdiri di atas pemikiran (fikrah) yang masih umum tanpa batasan yang jelas, sehingga muncul kekaburan atau pembiasan. Lebih dari itu, fikrah tersebut tidak cemerlang, tidak jernih dan tidak murni.
2. gerakan-gerakan tersebut tidak mengetahui metode (thariqah) bagi penerapan fikrahnya. Bahkan fikrahnya diterapkan dengan cara-cara yang menunjukkan ketidaksiapan gerakan tersebut dan penuh dengan kesimpangsiuran. Lebih dari itu, thariqah gerakan-gerakan tersebut diliputi kekaburan dan ketidakjelasan.
3. gerakan-gerakan tersebut bertumpu kepada orang-orang yang belum sepenuhnya mempunyai kesadaran yang benar. Mereka pun belum mempunyai niat yang benar. Bahkan mereka hanyalah orang-orang yang berbekal keinginan dan semangat belaka.
4. orang-orang yang menjalankan tugas gerakan-gerakan tersebut tidak mempunyai ikatan yang benar. Ikatan yang ada hanya struktur organisasi itu sendiri, disertai dengan sejumlah deskripsi mengenai tugas-tugas organisasi, dan sejumlah slogan-slogan organisasi.
Gerakan-gerakan tersebut datang dan berganti, silih berganti. Namun mereka masih tidak mencapai apa yang mereka harapkan. Sebagian terjebak ke dalam rekayasa dan rancangan kaum penjajah. Maka mereka disibukkan dengan perjuangan murahan, yang pada akhirnya justru makin mengokohkan cengkeraman musuh-musuh mereka. Gerakan-gerakan tersebut ditunggangi oleh musuh-musuh mereka, sehingga bisa disetir tanpa mereka bisa berbuat banyak untuk mengatasinya. Ini kenyataan yang sangat ironis.
Musuh-musuh Islam melakukan berbagai makar, siang malam mereka berupaya dengan makar mereka. Mereka mengharapkan kaum muslimin tetap tumbang dan terpuruk. Berbagai macam skenario telah mereka persiapkan. Kenyataan ini harus diantisipasi oleh kaum muslimin. Jangan sampai kaum muslimin terjebak ke dalam perangkap yang telah mereka persiapkan. Kaum muslimin harus mengokohkan iman dan keyakinan, memiliki sesuatu yang khas yang datang dari Islam saja, dan tidak mengadopsi millah musuh-musuh Islam. Inilah benteng (filter) untuk menghadang pengaruh-pengaruh dari musuh-musuh Islam yang bertujuan melemahkan kaum muslimin.
Gerakan-gerakan kaum muslimin tidak cukup hanya mengandalkan bekal kesungguhan dan semangat saja. Ketika bekal tersebut habis, maka gerakan-gerakan tersebut tidak sanggup lagi meneruskan upayanya. Jika hal tersebut terjadi, kegiatan-kegiatannya terhenti, kemudian lenyap. Yang terjadi selanjutnya, adalah siklus yang berulang-ulang, karena karakter gerakan-gerakan yang datang sesudahnya mirip gerakan-gerakan sebelumnya. Yang berbeda hanyalah orang-orangnya saja, namun mereka sebangun dengan yang sebelumnya. Mereka hanya bertahan sampai batas tertentu, kemudian lenyap lagi.
Wajarlah jika mereka mendapatkan kegagalan tersebut, karena gerakan-gerakan tersebut tidak memiliki fikrah yang benar dan batasan yang jelas, tidak mengetahui thariqah yang lurus, tidak bertumpu kepada orang-orang yang berkesadaran yang baik, juga tidak memiliki ikatan yang benar.
Marilah melihat beberapa kenyataan ini. Sebagian para aktivis gerakan Islam masih mendakwahkan Islam dalam bentuk yang bersifat umum (global). Mereka berupaya menginterpretasikan Islam agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi, atau menyesuaikan Islam agar cocok dengan peraturan-peraturan selain Islam yang akan diambil, sehingga seolah-olah sesuai dengan hal-hal tersebut. Bukankah ini adalah kecelakaan? Justru dengan penakwilan semacam itu, malah akan menjadi legitimasi untuk mempertahankan kondisi bobrok yang ada, atau untuk mengambil peraturan-peraturan selain Islam.
Ikatan-ikatan yang lemah tidak layak samasekali dijadikan pengikat kaum muslimin. Beberapa ikatan yang lemah tersebut antara lain: nasionalisme, patriotisme, kesukuan, kabilah, ikatan kemaslahatan berlandaskan azas manfaat, dan kerohanian. Para aktivis gerakan nasionalisme (harakah qaumiyyah) menyerukan kebangkitan berlandaskan nilai kebangsaan, atas dasar gagasan (ide) nasionalisme yang kabur dan tidak jelas, tidak menghiraukan ajaran Islam dan jati diri mereka sebagai kaum muslimin. Mereka menggunakan berbagai slogan tentang nasionalisme, ketinggian martabat dan kehormatan bangsanya, nilai kebangsaan, kemerdekaan, dan sejenisnya, tanpa disertai kejelasan maknanya yang sesuai dengan makna kebangkitan. Ini adalah kemunduran yang besar.
Gerakan-gerakan yang berlandaskan nilai kebangsaan ini sebenarnya sesuai dengan skenario dan arahan kaum penjajah. Ini adalah benar-benar kemunduran yang besar. Kaum penjajah bisa menunggangi gerakan-gerakan tersebut dengan mudah. Akhirnya para aktivis gerakan tersebut menjadi korban dan terperdaya dengan tipu muslihat kaum penjajah. Prinsip dasarnya adalah bagaimana kaum penjajah tersebut memalingkan kaum muslimin dari daulah Islam. Daulah Islam adalah wujud persatuan dan kesatuan kaum muslimin. Kaum penjajah menyadari hal ini, maka dari itu mereka berupaya menceraiberaikan kaum muslimin menjadi banyak golongan, sehingga kekuatan kaum muslimin menjadi lemah. Nah, kaum muslimin yang lemah merupakan sasaran yang empuk untuk dijadikan "santapan" kaum penjajah. Maka keadaan ini tetap dikawal oleh kaum penjajah, dengan maksud menjauhkan ingatan kaum muslimin dari daulah Islam.
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Itulah peribahasa yang diajarkan di sekolah. Ini ada benarnya. Ini layak diperhatikan oleh kaum muslimin. Bagaimana hidup berceraiberai mendatangkan kerusakan yang besar. Tiada kepemimpinan tunggal menjadikan perpecahan mudah tersulut. Apalagi kaum penjajah juga berupaya menunggangi gerakan-gerakan Islam yang ada agar tetap sesuai dengan skenario dan arahan mereka. Ini jelas akan membuang waktu dan menghabiskan banyak energi ummat. Ini adalah kemubadziran yang besar.
Gerakan-gerakan patriotisme (harakah wathaniyyah) yang terjadi di berbagai negeri Islam, sebagai reaksi pendudukan kaum kafir penjajah atas sebagian wilayah daulah Islam pada masa lalu. Ini sebagai reaksi terhadap kezaliman dalam aspek politik dan ekonomi yang muncul di masyarakat akibat penerapan sistem kapitalisme di negeri-negeri tersebut. Mereka memiliki kemiripan, yaitu memiliki satu perasaan, satu penderitaan akibat penjajahan kaum kafir. Namun, mereka terjebak dalam nilai patriotisme sehingga hasilnya adalah perjuangan yang murahan. Bukan berhasil, malah memperkuat cengkeraman kaum kafir penjajah atas negeri-negeri tersebut. Gerakan-gerakan patriotisme miskin dengan "pemikiran-pemikiran yang seharusnya dijadikan pedoman".
Gerakan-gerakan Islam dewasa ini, seharusnya belajar dari pengalaman sejarah kegagalan-kegagalan tersebut. Saat berpikir "di luar kotak" (out of the box), jangan meneruskan warisan kegagalan yang datang dari masa lalu. Berhentilah dari menjadi "katak dalam tempurung". Jangan biarkan kaum penjajah tertawa menang. Inilah waktu untuk bergegas menyambut seruan kebangkitan. Tujuannya sudah pasti mengembalikan kehidupan Islam ke tengah-tengah ummat manusia. Buanglah semua millah kufur yang telah diadopsi dari kaum penjajah.
Bukankah Islam telah turun dengan lengkap dan sempurna. Menjadikan millah selain Islam hanya akan mendatangkan kerusakan. Maka seluruh penyelesaian masalah kehidupan manusia harus diselesaikan hanya dengan Islam saja. Ini terkait aqidah dan keimanan para pejuang tersebut, dan juga kaum muslimin. Cukup hanya dengan Islam saja, tidak perlu samasekali mengadopsi millah-millah selain Islam. Millah-millah selain Islam adalah pasti buatan tangan-tangan manusia yang lemah, yang pasti memiliki cacat-cacat bawaan, sehingga tidak akan sanggup mengatasi segala persoalan. Jadi, cukup dengan jalan hidup khas Islam saja, maka seluruh penyelesaian masalah kehidupan manusia akan tuntas dan syar'i.
Jaman boleh berubah. Namun Islam tetap menjadi jalan hidup manusia hingga akhir jaman. Jadi tidaklah benar, jika Islam yang diinterpretasi ulang dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Ini terkait aqidah dan keimanan seorang muslim. Apakah dirinya yakin hanya dengan Islam saja, ataukah dia terbujuk rayuan syaithan kemudian menjadi manusia yang berpaling kepada kekufuran.
Islam sudah pasti bisa diterapkan pada jaman apapun, tanpa harus dikoreksi. Inilah keunggulan Islam, agama yang diturunkan oleh Allah SWT, agama yang diajarkan oleh para Nabi, yang kemudian disempurnakan dengan risalah Rasulullah Muhammad SAW. Seorang muslim sejati wajib meyakininya dalam kehidupannya. Bukankah dia dahulu berikrar dengan dua kalimat syahadat, bahwa dia bersaksi tiada tuhan selain Allah SWT, dan dia bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah Rasulullah. Ini adalah kalimat persaksian yang mengikat, bukan basa-basi. Aqidah dan keimanan seorang muslim diakui setelah dirinya berikrar dengan dua kalimat syahadat. Kewajiban dirinyalah menjaga persaksiannya.
Billahi at-taufiq wa al-hidayah.
Allah a'lam bi ash-shawab.
Referensi:
Taqiyuddin An-Nabhani, "Pembentukan Partai Politik Islam" (At-Takattul Al-Hizbiy), 1953 M, Hizbut Tahrir
Read more